Tidak ada satu makhluk bernyawa pun di dunia ini yang tidak akan mengalami
kematian. Setiap yang bernafas pasti akan memenuhi panggilan Alloh swt untuk
kembali ke kampung akhirat, mempertanggung jawabkan segala amalannya selama
hidup di dunia. Tidak akan ada satu pun makhluk hidup bernyawa yang dapat
sembunyi ketika sang malaikat pencabut nyawa telah mendatanginya. Tiada satupun
tempat sembunyi yang aman dari malaikat maut ketika Alloh swt telah
memerintahkan malaikatnya untuk mencabut nyawa.
Ketika ajal telah memanggil, tidak ada yang mampu menghentikan, tidak ada
yang mampu bersembunyi, dan tidak ada yang mampu menunda. Tidak ada yang dapat
bernegosiasi dengan malaikat pencabut nyawa yang akan melaksanakan exsekusi.
Tidak ada yang dapat menemani pula, ketika ruh telah lepas dari tubuh, kecuali
ilmu yang bermanfaat, amal sholeh, dan sodaqoh jariyah. Untuk itu, tidak cukup
bagi kita dengan hanya merasa takut akan datangnya ajal yang telah ditentukan
bagi kita, melainkan harus mempersiapkan bekal untuk perjalanan abadi tersebut.
Berikut ini adalah sekelumit kisah penggugah hati yang terdapat dalam kitab
Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan-Nar, karangan Imam Abdirrahim bin Ahmad
Al-Qadhiy, yang menceritakan keadaan ruh ketika ia telah lepas dari dalam
tubuh:
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Aisyah ra., beliau berkata:
"Aku sedang duduk bersila didalam rumah ketika Rasulullah masuk dan
memberi salam kepadaku, maka aku berdiri untuk menyambut kedatangannya
sebagaimana biasanya. Lalu Rasulullah saw bersabda: "Duduklah pada tempatmu, tidak usah berdiri wahai
Ummul Mukminin." Aisyah melanjutkan ceritanya, kemudian
Rasulullah saw duduk dan meletakkan kepalanya pada pangkuanku dan tidur
terlentang. Dengan tidak sengaja aku mencari uban yang ada pada jenggot beliau
dan terlihatlah 19 rambut yang telah memutih, maka aku berpikir dalam hatiku
dan berkata:
"Sesungguhnya dia akan keluar dari dunia sebelum aku, dan tinggalah umat
yang tanpa Nabi." Maka aku pun menangis sehingga air mataku
mengalir di pipiku dan menetesi wajah beliau hingga beliau terbangun dari
tidurnya, lalu beliau bersabda: "Apa
yang membuatmu menangis wahai Ummul Mukminin?" Maka aku
ceritakan apa yang aku rasakan. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Keadaan apakah yang paling
menyusahkan bagi mayit?" Aku berkata: "Katakanlah ya Rasulullah."
Rasulullah saw bersabda: "Engkau
dulu yang mengatakan" Maka aku pun berkata: "Tidak ada keadaan yang paling
menyusahkan atas diri mayit dari pada saat keluar dari rumahnya, anak-anak
berduka cita dibelakangnya, dan mereka berkata: 'Aduh ayah! aduh ibu!' dan
orang tuanya berkata: 'Aduh anak-anakku!'" Maka Rasulullah
saw. menjawab: "Ini
memang pedih, tapi ada lagi yang lebih pedih dari itu." Aku
pun berkata lagi: "Tidak ada keadaan yang lebih berat atas diri mayit dari
pada saat dia dimasukkan dalam liang lahat dan dikubur di bawah tanah, para
kerabat, anak dan kekasihnya meninggalkannya pulang. Maka mereka menyerahkan
mayit tersebut kepada Alloh swt. beserta segala amal perbuatannya. Setelah itu
datanglah malaikat Munkar dan Nakir dalam kuburnya" Rasulullah saw.
bersabda: "Apa yang
lebih berat dari yang engkau katakan?" Aku pun berkata: "Alloh dan rasul-rasul-Nya yang
lebih tahu."
Rasulullah saw. bersabda: "Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling
berat (menyedihkan) bagi mayit adalah saat masuknya tukang memandikan mayit
kedalam rumahnya untuk memandikannya, mereka mengeluarkan cincin pemuda itu
dari jari-jarinya, melepas pakaian pengantin dari badannya dan melepas sorban
para syaikh dan fuqaha' (ahli fiqih) dari kepalanya untuk memandikannya. Ketika
itu ruhnya memanggil (berseru) saat melihat jasadnya telanjang dengan suara
yang dapat didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia, dia berkata: "Hai tukang memandikan, aku
memohon kepadamu demi Alloh agar engkau mencopot pakaianku dengan pelan-pelan,
karena sesungguhnya saat ini aku sedang istirahat dari sakitnya pencabutan Malaikat
Maut". Dan ketika air dituangkan kepadanya dia menjerit dan
berkata: "Hai tukang
memandikan, Demi Alloh jangan engkau tuangkan air panas, jangan engkau gunakan
air panas dan jangan pula dengan air dingin, sesungguhnya jasadku telah
terbakar sebab dicabutnya nyawaku." Dan ketika dimandikan, dia
berkata: "Demi Alloh,
hai tukang memandikan, janganlah engkau pegang diriku terlalu kuat,
sesungguhnya jasadku terluka sebab keluarnya nyawa." Dan
ketika selesai memandikan dan diletakkan pada kain kafan dan diikat di bawah
kakinya, ruh berseru:
"Demi Alloh, hai tukang memandikan, janganlah engkau ikat erat-erat lain
kafan diatas kepalaku agar terlihat wajah keluargaku, anak-anakku dan
kerabat-kerabatku, karena saat ini adalah yang terakhir aku melihat mereka, hari
ini aku akan berpisah dengan mereka dan aku tidak bisa melihat mereka lagi
sampai hari kiamat."
Ketika mayit akan dikeluarkan dari rumah, maka ruh tersebut berseru: "Demi Alloh, hai jamaah pengantarku, jangan tergesa-gesa membawaku sehingga aku berpamitan dengan rumahku, keluargaku, kerabatku dan hartaku." Kemudian mayit berseru lagi: "Demi Alloh, hai jamaahku, aku tinggalkan istriku menjadi janda, dan aku tinggalkan anakku menjadi yatim, maka janganlah kalian menyakitinya, karena hari ini aku keluar dari rumahku dan tidak akan kembali selamanya." Dan ketika mayit diletakkan pada keranda, ruh berkata: "Demi Alloh, hai jamaah pengantarku, janganlah tergesa-gesa membawaku, hingga aku mendengar suara keluargaku, anak-anakku dan para kerabatku, karena hari ini aku berpisah dengan mereka sampai hari kiamat."
Ketika mayit dipikul dan melangkah tiga langkah dari rumah, maka ruh berseru dengan suara yang dapat didengar oleh semua makhluk kecuali jin dan manusia, dan ruh berkata: "Hai para kekasihku, hai saudara-saudaraku, hai anak-anakku, jangan sampai kamu terbujuk oleh dunia sebagaimana dia telah membujukku dan jangan sampai kalian dipermainkan oleh zaman sebagaimana dia mempermainkanku, dan ambillah ibarat (hikmah) dariku. Sesungguhnya aku meninggalkan apa yang aku kumpulkan untuk ahli warisku, dan aku tidak membawa sesuatu apapun dan atas dunia Alloh menghisabku sedangkan engkau bersenang-senang dengannya dan engkau tidak mendoakanku."
Ketika jamaah menshalati mayit dan sebagian ahli (keluarga) dan kerabatnya meninggalkan mushala, ia berkata: "Demi Alloh, hai saudara-saudaraku, Sesungguhnya aku tahu bahwa mayit (orang yang mati) akan dilupakan oleh orang-orang yang hidup, akan tetapi jangan lupa, jangan cepat-cepat pulang sebelum engkau menguburku hingga engkau melihat tempatku. Hai saudara-saudaraku, sesungguhnya aku tahu bahwa waka mayit lebih dingin dari air yang dingin (zamharir) dalam hati orang-orang yang hidup, akan tetapi janganlah cepat-cepat pulang." Dan ketika mereka meletakkan mayit disisi kubur, ia berkata lagi: "Demi Alloh, hai jamaahku dan saudara-saudaraku, sesungguhnya aku mendoakan kamu semua, akan tetapi engkau tidak mau mendoakanku." Dan ketika mayit diletakkan pada liang lahad, ia berkata: "Demi Alloh, hai ahli warisku, tidak aku kumpulkan harta yang banyak dari dunia kecuali aku tinggalkan untuk kalian, maka ingatlah kalian kepadaku dengan banyak berbuat kebajikan. Dan aku telah mengajarkan kalian Al-Quran dan tata krama, maka janganlah kalian lupa mendoakanku."
Lihatlah, betapa Rasulullah saw telah menggambarkan bagaimana lemah dan
tiada dayanya setelah ajal memutus nikmat dunia kita. Apalagi yang akan kita
lakukan selain berserah kepada Zat Yang Maha Kuasa di hari manakala tidak ada
satupun makhluk dapat selamat dari azab-Nya.
“Dan sesungguhnya Saat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan Alloh
membangkitkan semua orang yang di dalam kubur.”
(QS. Al Hajj:7)
Sesungguhnya, masa kematian itu pasti akan datang. Dimanapun kita berada
dan sedang apapun kita, kematian itu pasti akan mendapatkan kita tanpa
basa-basi ketika saat yang ditetapkan telah tiba. Maka dari itu, hendaknya kita
senantiasa mempersiapkan diri dengan sisa usia yang entah tinggal berapa lama
ini. Kita tak pernah tau kapankah kematian itu akan menghampiri kita. Mungkin
ia akan menemui kita setahun yang akan datang, sebulan yang akan datang,
seminggu yang akan datang, esok, bahkan mungkin satu menit setelah kita membaca
artikel ini. Jangan sampai sisa usia yang tidak seberapa ini berlalu dengan
sia-sia, sehingga penyesalan tiada guna yang akan menjadi titik akhir kehidupan
kita, sebagaimana firman Alloh swt berikut:
“Sehingga apabila kematian datang kepada seorang dari mereka, dia berkata:
‘Wahai Rabbku, kembalikanlah aku, supaya aku membuat amal kebaikan yang telah
aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak, itu hanyalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di belakang mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka
dibangkitkan.”
(QS. Al Mukminun:99-100)
Semoga sekelumit kisah yang
disampaikan oleh Rasulullah saw di atas dapat membuka hati kita untuk
senantiasa memanfaatkan sisa usia yang entah tinggal berapa lama ini dengan
baik, untuk beribadah hanya kepada Alloh swt semata. Amin....
Sumber :
Artikel Arsip Pribadi di PC
Sumber :
Artikel Arsip Pribadi di PC
0 Response to "Ruh Saat Kematian Menjemput"
Post a Comment