HEBOH.... Ternyata tidak pernah CACINGAN bisa membuat mandul bagi perempuan, dan penyakit jantung koroner bagi laki-laki
Ilustrasi : peringatan awas cacingan. (Foto : uraiansehat.com)
Sering kita mendengar gerutuan seorang ibu yang melihat
anaknya bemain-main di pekarangan dengan memanfaatkan media tanah. Anak-anak
kita pun pasti sering memuaskan imajinasinya dengan membuat kue-kue dari tanah
atau istana dari pasir. Hampir setiap anak menyenangi saat berlari-lari atau
bahkan berguling-guling di tanah berpasir atau berdebu bahkan bisa menghabiskan
waktu seharian penuh dengan bermain di sungai
atau tepian sawah berlumpur sekedar untuk memancing atau berenang.
Seperti kebanyakan ibu lainnya juga, ibu kita biasanya marah
besar. Komentar yang sering terlontar adalah “awas nanti cacingan”. Bahkan masalah
cacingan ini menjadi agenda Nasional Departemen Kesehatan karena dianggap
sebagi salah satu pencetus kemunduran bangsa.
Sedemikian seriuskah? Sangat
serius ! berdasarkan hasil penelitian epidemiologi, menunjukan bahwa cacingan
berhubungan erat dengan anemia atau penyakit kurang darah, malnutrisi atau
kurang gizi. Dan pada gilirannya kondisi
cacingan akan menyebabkan tidak optimalnya proses tumbuh kembang. Singkat kata,
cacingan menjadikan bangsa kita menjadi bangsa bodoh dan sakit-sakitan.
Ilustrasi : cacing ketakutan. (Foto : collaborationseattle.org)
Apakah memang seseram itu? Apakah cacing perut diciptakan oleh Tuhan
hanya sebagi parasit yang merugikan? Apakah manfaat yang mereka hantarkan hanya
untuk ditujukan bagi kemaslahatan dokter atau pabrik obat saja? maklumlah kedua
profesi ini yang meraup keuntungan drii penyakit cacingan.
Apa yang selanjutnya terjadi? Manusia dengan ilmu dan
teknologinya secara gagah berani mengampanyekan perang terhadap cacing? Tidak
ada satupun cacing yang berhak hidup di wilayah teritori manusia. Cacing dan
manusia tidak dapat hidup berdampingan. Manfaat penciptaan cacing oleh Tuhan, kita simflikasikan hanya sekedar
menjadi bentuk ujian bagi kita dalam proses mengeliminasi masalah. Cacing
dibudidayakan menjadi alat uji kompetensi manusia dalam menyelesaikan masalah
di dunia.
Penghancuran dan pemusnahan rupanya sudah menjadi pola dasar
tindakan manusia terhadap elemen lain di alam semesta yang tidak sejalan dengan
visi dan konsepnya. Lalu mengapa kita begitu beringas kepada cacing? Kita membunuhnya secar sistemis sampai mereka
tidak mampu berketurunan dan melakukan regenerasi. Kita menumpas sampai tuntas ke akar-akarnya. Pada
saat dibombardir dengan obat cacing, mereka sungguh tidak berdaya. Tidak ada
jalan keluar maupun tempat pengungsian. Cacing perut hanya bisa tinggal di dalam perut. Untuk itulah dia
diciptakan Tuhan.
Ilustrasi : cacing pergi (Foto : youtube.com)
Namun Tuhan Maha Adil dan Maha Mengatahui apa yang diperbuat
oleh hamba-hamba-Nya. Tuhan telah merancang sedemikian rupa sistemis setiap unsur
ciptaan-Nya. Selain setiap unsur memiliki fungsi khusus dan manfaat spesial.
Setiap elemen tergabung dalam sebuah jejaring “sebab-akibat” yang akan saling
mempengaruhi. Kemusnahan cacing dalam ekosistem tubuh manusia akan memberikan
dampak yang sangat menggangu keseimbangan sistem alami.
Hasil penelitian mutakhir menunjukan bahwa angka kemandulan
di antara para wanita yang berstatus ekonomi menengah ke atas dan berkarier di
kota-kota besar semakin meningkat. Hipotesis kreatif ini dilahirkan oleh Prof.
Dr. dr. Susilo Wibowo, Sp.And., MS.Med, yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Diponegoro Periode
2006-2011. Menurutnya, wanita yang kekurangan cacaing atau belum pernah merasa cacingan beresiko mengalami
kemandulan.
Dasar pemikiran beliau sangat ilmiah dan jauh dari kesan
tidak serius. Cacing di dalam perut dalam jumlah yang proporsional akan
merangsang aktivitas sistem pertahanan tubuh humoral (cair). Pertahanan tubuh
humoral ini terdiri atas serangkaian proses yang meliputi penyelubungan cacing
untuk membatasi ruang geraknya. Jadi, cacing boleh bertamu dalam tubuh manusia
dengan syarat harus mengikuti perarturan yang berlaku demi kemaslahatan
bersama.
Tahap selanjutnya adalah proses “penegakan hukum” yang
melibatkan immunoglobulin, yaitu sebuah protein khusus yang bertindak represif
terhadap benda asing. Immunoglobulin, yang biasa disingkat menjadi Ig, terdiri
dari 5 sub-tipe, yaitu G, A, M, D dan E. namun dalam hal ini, immunoglobulin yang
terlibat adalah jenis E.
Proses pengaktfan sistem pertahanan tubuh hormonal ini
dikenal memalui jalur Khusus Th2 atau jalur yang biasa digunakan untuk
mengaktifkan sistem pertahanan tubuh yang bersifat cair. Sedangkan jalur satu
lagi yang disebut jalur Th1, yaitu jalur untuk mengaktifkan sistem pertahanan
tubuh seperti sel limfosit dan makrofag.
Apa yang terjadi pada mereka yang tidak lagi memiliki cacing
daam perutnya?? Bagi wanita sistem pertahanan tubuh seluler ini akan semakin
aktif menjaga dan meronda di sekitar Rahim dan alat peranakan lainnya.
Akibatnya, sel nutfah dari suami akan sulit menembus benteng pertahanan dan tentu saja
akan gagal membuahi. Sel-sel dari jalur th1 akan memeriksa dengan penuh
kecurigaaan setiap pendatang baru yang mencoba memasuki daerah Rahim dan
saluran telur.
Bahkan, jika pendatang baru itu lolos dan sempat membuahi sel
telur, sel-sel penjaga yang ganas itu kan menghalang-halangi proses pelekatannya
di dinding Rahim. Bagi mereka calon mudgah yang sebenarnya mengandung
unsur Ibu yang merupakan induk semangnya tetap dianggap mahluk asing.
Apa dampaknya bagi pria?? Wah ini lebih parah lagi. Secara
teoritis seorang pria yang tidak mampu
menjadi manajer yang mengayomi dan memberikan naungan perlindungan pada “umat” cacing
ia akan lebih berisko mengalami penyakit jantung koroner.
Beranjak dari hal tersebut, kita patut mentafakuri
kesempurnaan sistem ciptaan Tuhan, jejaring fungsi elemen-elemen ciptaan-Nya
mampu menghasilkan kubungan sebab-akibat yang sangat rumit. Jika seorang pria
tidak lagi memiliki cacing dalam tubuhnya, jalur Th1-nya atau jalur sistem pertahanan
tubuh berbasis seluluernya akan cenderung meningkat secara pesat dan juga
menjadi agak beringas.
Hal ini mungkin merupakan bentuk parodi yang diberikan Tuhan
kepada kita agar kita mampu untuk mentertawai diri sendiri dan tidak menjadi
pribadi yang mulai berintropeksi. Sifat-sifat dasar itu, baik yang baik maupun
yang buruk, dapat dicermati di berbagai tingkatan
kehidupan.
Kembali pada beringasnya sel-sel pertahanan tubuh pada pria
yang tidak memiliki cacing, ternyata hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme
yang sama dengan suit hamilnya wanita yang tidak cacingan. Ketiadaan cacing
akan menghambat pengaktifan Th2. Akibatnya, menjadi ketidakseimbangan antara
Th1 dan Th2. Padahal, Tuhan telah
membangun fondasi keteraturan di alam semesta ini melalui sebuah proses
keseimbangan (equilibrium).
Jalur Th1 yang terlalu aktif, pada gilirannya akan
menyebabkan proses radang kerap terjadi di dala tubuh, termasuk di dinding
pembuluh darah (endotel), karena radang yang berulang, tubuh memproduksi
radikal bebas yang pada gilirannya dapat meradikalisasi gugus lemak. Gugus lemak
radikal akan bekerja sama dengan dinding pembuluh darah yang juga telah rusak
dan bersinergi membangun sumbatan. Inlah yang dinamakan dengan proses
aterosklerosis. Jika sumbatan ini terjadi di pembuluh darah coroner, yaitu
pembuluh darah yang menyuplai sari makanan dan oksigen bagi otot jantung,
terjadilah penyakit jantung coroner, yaitu jantung dapat berhenti berdetak
karena tidak lagi mendapat makanan dan oksigen.
Sumber :
Tauhid Nur Azhar dan Bambang Trim, “Jangan ke Dokter lagi, keajaiban sistem imun dan kiat menghalau
penyakit”, Bandung, 2011.
0 Response to "HEBOH..., Perempuan yang tidak pernah cacingan ternyata beresiko MANDUL !!"
Post a Comment